27 Februari 2010

MasyaAllah… Si Kecilku Demam Nih

Bismillah. Awal babyku kena demam yang lumayan tinggi waktu berumur 7 bulan. Kami jadi panik Karena kata orang tua dan medis jangan sampai kelewat tinggi bisa fatal akibatnya. Ternyata si yumna mau tumbuh giginya 4 sekaligus. Semua berawal saat kami habis bepergian dari ta’lim. Maklum, Yumna anaknya alergian, kalau kepanasan si biang keringat muncul, terlalu dingin pun asmanya kambuh. Kali ini lagi episode Demam nih kami semua diuji untuk merawatnya. Karena terlalu banyak kena angin waktu di angkot habis ta’lim jadinya begitu. Seharian hanya panas trus malam berikutnya muncul bentol merah di bawah telinganya. Awalnya saya kira itu biasa karena gigitan nyamuk eh makin lama makin melebar dan tebal. Panasnya makin meninggi terutama di daerah yang memerah. Kami semua tidak bisa tidur malam itu, rengekan dan tangis yumna membuat kami siaga. Alhamdulillah sejak awal adik yang kuliah di kebidanan udah menyarankan untuk selalu siapkan thermometer di rumah jadi kalo panasnya kelewat dari ambang normal tidak usah ragu segera ke dokter. Setelah di cek dengan menancapkan thermometer ke ketiak yumna selama 2 menit alhamdulillah suhunya 27 derajat. Yah masih normal. Meski seperti itu puang nenenya yumna apalagi saya umminya nih tidak sabar menunggu pagi tiba untuk memastikan ada apa dengan yumna.

Setelah dari dokter ternyata benar yumna lagi mau tumbuh gigi plus dia juga lagi sakit mata jadi agak demam. “ bu’..pa’…kalo bayi kita demam coba terlebih dahulu diperiksa badannya. Karena biasanya demam itu akibat ada bagian tubuh anak yang sakit seperti bayi ibu matanya sakit, trus cek juga mulutnya apa ada sariawan atau mau tumbuh giginya” nasehat DSAnya Yumna .hhh…..terasa plong beban di dada ynag sejak kemarin tertahan. Duh… Unna’ ternyata mau tumbuh gigi ya sayang….barokallahu fiik. Lirihku dalam hati Alhamdulillah.

Oh iya …untuk ibu-ibu yang lagi ngalamin seperti pada bayi saya, berikut beberapa penjelasan tentang demam. Semoga bermanfaat.

================

Demam tak bisa dipisahkan dari proses tumbuh kembang. Terlebih di usia 0-12 bulan karena daya tahan tubuh bayi masih rendah sehingga mudah terinfeksi. Yang perlu menjadi perhatian, bayi baru lahir sampai usia 2-3 bulan belum memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang sempurna.

Meski mengalami infeksi cukup berat, bisa saja suhu tubuhnya tidak banyak mengalami perubahan. Untuk itu, perubahan perilaku merupakan tolak ukur yang lebih kuat ketimbang perubahan suhu tubuh. Di antaranya, bayi menjadi lemas, tampak tidak aktif, tidak mau minum, dan lain-lain.

Demam pada BayiDikatakan demam jika suhu tubuh meningkat menjadi 38 derajat Celcius atau lebih. Demam bisa terjadi secara mendadak, langsung tinggi dalam beberapa jam atau meningkat perlahan-lahan dalam beberapa hari. Orangtua perlu tahu, tingginya suhu tubuh tak dapat dijadikan indikasi bahwa penyakit yang diderita semakin parah. Yang jelas, saat itu tubuh sedang berusaha melakukan perlawanan terhadap penyakit akibat infeksi. Itulah mengapa, demam dapat reda dengan sendirinya dalam 1-2 hari dan tak selalu butuh pengobatan.

Akan tetapi, mengingat tidak semua bibit penyakit mati pada suhu tubuh tinggi, maka dianjurkan untuk membawa bayi ke dokter apabila suhunya mencapai 38,5 derajat Celcius. Dikhawatirkan infeksi yang terjadi tergolong berat dan tubuh tak dapat mengatasinya tanpa bantuan obat-obatan.

LANGKAH PERTOLONGAN PERTAMA
Bila si kecil mengalami demam, inilah beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan di rumah:

* Sebetulnya demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan virus. Para ahli yakin, tubuh dapat lebih efektif melawan infeksi jika suhunya naik. Nah, jika perilaku bayi tidak berubah; tetap aktif bermain, mau minum dan makan MPASI, Anda tidak perlu memberinya obat penurun panas. Biarkan tubuhnya bekerja secara alami.

* Kenakan pada bayi baju yang tipis, nyaman, dan menyerap keringat. Hindari baju tebal, baju hangat, atau selimut tebal.

* Berikan ASI lebih banyak dan lebih sering. Bila usianya di atas 6 bulan dapat ditambah dengan air putih, kaldu ayam, kuah sayur, atau jus buah. Saat demam, penguapan cairan tubuh meningkat. Bila asupan cairan kurang karena bayi kurang minum, ini dapat menyebabkan dehidrasi ringan lantaran kebutuhan air meningkat bila suhu tubuh meningkat.

* Tempatkan bayi di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

* Jika suhu tubuh di atas normal tapi belum demam (antara 37,5-38 derajat Celcius) alias sumeng, bayi/anak tak perlu diberi obat penurun panas. Cukup dengan membuatnya nyaman dalam ruangan bersuhu normal dengan pakaian biasa (jangan diselimuti) dan minum yang banyak. Umumnya, temperatur manusia meningkat pada sore hari menjelang malam dan turun setelah tengah malam menuju subuh.

* Jika temperatur tubuh terlalu tinggi, bayi akan merasa tidak nyaman, tidak bernafsu makan dan minum, serta sulit tidur yang justru membuatnya makin sakit. Jika demikian, berikan kompres hangat yang dapat menurunkan suhu tubuh dalam waktu 30-45 menit. Caranya, lepaskan seluruh pakaian bayi, kemudian lap sekujur tubuhnya dengan menggunakan handuk yang telah dibasahi air hangat, lalu keringkan. Ulangi beberapa kali hingga suhu tubuhnya turun. Kalau perlu, mandikan bayi dengan air hangat. Jangan pernah gunakan alkohol karena dapat terserap menuju pembuluh darah melalui kulitnya dan merusak jaringan saraf. Jangan pula gunakan air dingin/es karena akan membuat bayi tidak nyaman.

* Gendong kanguru. Metode kanguru bisa dipakai untuk menurunkan suhu tinggi pada bayi/anak dengan cara memanfaatkan sistem pengaturan suhu tubuh ibu. Namun, cara ini hanya cocok untuk demam akibat sakit ringan. Secara psikologis gendong kanguru juga menenangkan bayi karena ia berada dalam pelukan ibu. Syaratnya, ada kontak kulit antara bayi dengan yang menggendong. Telanjangkan bayi dan dekaplah di dada di dalam baju Anda yang longgar.

* Jika suhu sudah di atas 38 derajat Celcius, berikan obat penurun panas dalam bentuk drops (dengan pipet takar untuk bayi). Hati-hati dengan dosisnya karena harus diukur berdasarkan berat badannya (lebih baik tanyakan dulu pada dokternya lewat telepon). Ada 2 kelompok obat yang disarankan yakni ibuprofen dan asetaminofen/parasetamol, yang dapat diulang setiap 4 jam sekali (untuk asetaminofen) atau 6 jam sekali (untuk ibuprofen) bila suhu tubuh masih tinggi. Lebih amannya, lakukan pengulangan hanya setelah 6 jam. Yang tidak dianjurkan untuk bayi atau anak-anak di bawah 16 tahun adalah kelompok asetosal (seperti aspirin, aspilet) dan kelompok metamisol karena dapat berakibat fatal. Penting pula diperhatikan, jangan memberi bayi 2 kelompok obat sekaligus atau obat penurun panas yang merupakan kombinasi asetaminofen dan ibuprofen.

* Ukur suhu bila perlu setiap 3 jam sekali (patokannya supaya gampang, pertama diukur pukul 6, kedua pukul 9, ketiga pukul 12, keempat pukul 15, dan seterusnya.) Atau, bisa juga setiap satu jam sekali agar lebih akurat. Catat dan berikan kepada dokter saat melakukan konsultasi. Pola suhu tubuh dapat membantu mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita.

SEGERA HUBUNGI DOKTER ATAU BAWA KE RS BILA:
Sebetulnya, insting Anda dapat digunakan untuk menentukan kapan sebaiknya bayi yang demam dibawa ke dokter. Jadi kalau Anda memang khawatir, berapa pun suhu tubuh si kecil, hubungi atau datangi saja dokternya. Alasannya, temperatur bukan satu-satunya indikasi apakah penyebab demam itu penyakit serius atau bukan.

* Bila suhu tubuh bayi berusia 3 bulan mencapai 38,3 derajat Celcius, panduan dokter melalui telepon mungkin cukup untuk menangani demamnya. Hubungi lagi sang dokter jika suhu bayi 3-6 bulan mencapai lebih dari 38,3 derajat Celcius.

* Dalam 2 hari si kecil masih demam, padahal sudah diberi pertolongan pertama seperti yang telah disebutkan di atas.

* Demam bayi, berapa pun usianya, mencapai 38,5 derajat Celcius atau lebih, meski kejadiannya baru 1 hari. Jangan-jangan ia mengidap infeksi berat.

* Bayi gelisah, tidak dapat tidur, lesu, lemas, tidak mau makan dan minum, muntah dan atau diare (karena dikhawatirkan mengalami dehidrasi), wajah pucat atau sebaliknya kemerahan, rewel dan sulit ditenangkan, muncul batuk, telinga sakit (misalnya Anda mengira ada infeksi telinga).

* Ada bintik kemerahan yang tidak berubah warna jika dipencet atau bercak berwarna keunguan pada kulitnya.

* Bayi tampak kesulitan bernapas (napasnya berat atau bernapas terlalu cepat) padahal Anda sudah mengeluarkan ingusnya. Mungkin saja si bayi menderita asma atau pneumonia.

* Bayi mengalami kejang. IndofamilyNetHealth. (ayu/Source: Annisa Rahmah SItes)

Dikutip dari: http://www.indofamilyhealth.com

Baca Lanjutan - MasyaAllah… Si Kecilku Demam Nih

01 Februari 2010

Sambal Tomat Teri Goreng

Kalo yang satu ini, enaknya kalo sambalnya menggigit lidah, untuk yang alergi kulit seperti gatal baiknya puasa dulu deh.

Bahan:

3 buah tomat buah

15 biji cabe rawit

1 bungkus terasi ABC (merek sesuia selera)

1 gelas sedang ikan teri kering

Kecap bangau sesuai selera

Cara membuat:

  1. potong jadi 2 bagian tomat buahnya
  2. goreng tomat, cabe, dan terasi bersamaan, perhatikan agar terasinya tidak berkurang ukurannya saat digoreng
  3. bila kulit tomat dan cabe sudah mengerut segera angkat bersama terasi dan sisihkan
  4. goreng ikan teri keringnya (lebih bagus pada minyak bekas menggureng bumbu tadi) sampai garing lalu tiriskan.
  5. ulek bumbu jangan terlalu halus kemudian masukan ikan teri, ulek jangna terlalu halus terakhir beri kecap, penyedap dan garam sesuai selera
Baca Lanjutan - Sambal Tomat Teri Goreng

01 Juni 2009

Unna ke Sorowako lho....

Mungkin ini yang terbaik, akhirnya kuputuskan untuk ikut bersama mertua berkunjung ke sorowako barang sebulan. lagian aku dan yumna akan lebih tenang bila ada ortu menemani setidaknya aku tidak cemas bila ada apa-apa dengan unna yang belum genap sebulan. Perjalanan ke sorowako lumayan lama bila naik Liman, bus yang husus ke sana. Tapi kali ini kami naik mobil keluarga, biasanya lebih cepat dari walktu tempuh yang biasanya 12 jam. Tapi qadarullah mobil yang kami tumpangi beberapa kali rusak remnya bahkan ada yang sampai beberaapa jam lamanya kami harus singgah. He...he...kasihan Puang male' ssaudara nenenya unna, sendirian laki-laki dalam mobil jadinya cape sendiri. Kulihat nenenya unna, tante aci dan ma' ci' apalagi 2 bidadari kecil diva dan salsa sangat kecapean. Alhamdulillah unna malah terus2an tidur jadinya aku tidak terlalu repot. h....perjalanan masih jauh karena kami baru di daerah Palopo. Sekitar pukul sepuluh lewat, tiba-tiba mobil kami mogok, tidak ada rumah hanya ada pohon2 besar, di luar udara dingin karena sedikit gerimis. Kudengar senua nampak panik begitu juga aku, zikir mulai terdengar meminta par;indungan pada Alllah. Puang Male tutrun dengan senter kecil berusaha memperbaiki. Selang waktu 30 menit Alhamdulillah kami bisa melanjutkan perjalanan meski dengan kondisi mobil yang bermasalah.

Akhirnya kami sampai dengan selamat di rumah sekitar pukul 12.00 malam. selama di sorowako aku alhamdulillah terbantu, unna juga mulai berkurang rewelnya. Tapi subhanallah hampir tiap malam aku harus begadang mulai dari pukul 02.00 dini hari sampai menjelang subuh.Yumnaku sayang mulai pintar, pengennya ditemaniiiii terus entah itu terjaga sambil nete,tidur bahkan menangisnya dia pengen umminya ada di dekatnya. Pejuangan seorang ibu baru kurasakan beratnya. Terkadang aku ingin menangis bila kantuk yang sangat menyerang, aku ingin sekali tertidur tapi rengekan si buah hati tak membiarksnku. Biarlah, demi amanah yang agung aku harus ikhlas dengan apapun yang kualami selama membesarkannya. Seletih apapun bila kumenatap wajah polosnya yang tengah tidur pulas kekuatan itu terasa kembali....karena kumenyayangi anakku karena Allah " ya Robb jadikanla ia HAMBAMU YANG SOLEH, semoga ia tidak menjadi fitnah untuk orang tuanya" do'aku dalam hati disela kesibukanku.

Cuaca sorowako yang dingin sangat disukai unna, beda dengan makassar. Kehadiran unna, meramaikan rumah nenenya. Meski hanya tangisan, puang nene dan puang lato'nya sangay senang. selepas magrib kami berempat kumpul di ruang keluarga sambil bermain dengan unna. Tanggal 10 juni unna diimunisasi, kali ini hanya imunisasi polio, wah bahagia rasanya tahu kalo berat unna udah 5,1 kilo dengan umur baru 2 bulan. Hampir setengah bulan kami di sorowako, hanya sekali abinya unna menjenguk kami kerena harus kerja. Rasanya aneh pisah dengan suami meski hanya beberapa hari. Tanggal 26 juni, kami kembali ke makassar ditemani puang nenenya. Semoga kami bisa kembali kesorowako lagi.
Baca Lanjutan - Unna ke Sorowako lho....

18 Mei 2009

Tante Piat datang dari Mandar

Dua hari setelah aqikahan tepatnyahari Senin adikku yang bungsu Piat akhirnya datang juga di Makassar. Dia tidak sempat hadir karena sibuk dengan urusan sekolah maklum baru selesai UAN SMA. Zahro yang menjemputnya di Goa karena dia datang bersama Andaeng (sepupuku) dari Mandar. Barulah menjelang Isya kami betiga bisa ketemu dan melepas rindu. Semenjek sudah walimah aku dan piat hampir satu tahun tidak ketemu begitu juga Zahro karena kesibukannya kuliah membuat kami terpisah. Wajah adikku piat nampak lebih dewasa, tidak ada lagi piat yang cengeng seperti dulu. Mungkin kepergian ua dan a'ba sewaktu dia masih SD membuatnya belajar menghadapi hidup, aku dan Zahropun begitu.

Piat nampak senang bermain dengan yumna meski rada malu. Bahagia rasanya berkumpul dengan adik2ku meski hanya sebentar. Kesendiriannya di Mandar meski keluarga mengelilinginya di mandar membuat Piat agak kaku, tapi biarlah....aku mengerti. Ba'da isya Piat dan Zahro pamitan. Iya'(sapaan sayangku ke piat) lebih memilih ikut Zahro ke kosnya karena lebih dekat ke UNM kampus tempatnya kuliah nanti, maklum Sudiang-UNM joauh...banget kasihan piatnya nanti kecapen bila tinggal sama unna di Sudiang. Tanggal 20 Piat kembali ke Mandar, dia hanya bisa berpamitan lewat telpon. Rasanya rinduku belum terobati, tapi biarlah, toh insyaAllah dia akan kuliah di Makassar
Baca Lanjutan - Tante Piat datang dari Mandar

16 Mei 2009

Nasiqkahannya Unna

Tanggal 16 sepekan dari kelahiran unna tepatnya hari sabtu, acara aqikahan unna digelar. Sebelumnya Puang nene (sapaan untuk nenek ) dan Puang Lato' nya Unna (kakek dalam bahasa Bugis) udah datang duluan 2 hari sebelumnnya. Meski sangat sibuk mereka terlihat senang dengan kehadiran cucu perempuan mereka yang pertama, maklum ke empat anak mereka (termasuk Abinya Unna) semuanya laki-laki. Alhamdulillah acaranya lancar dan penuh hikmad. Tamu berdatangan semenjak pukul 10.00 pagi sampai menjelang Isya. Semua keluarga dari pihak Abinya unna datang sedang keluargaku (dari Mandar) tidak ada yang bisa hadir karena berhalangan dan jarak Mandar Makassar lumayan jauh. Hanya Dewi, Accung, Ila, Ana dan Ukki sepupu dan ponakanku yang bisa hadir karena kebetulan mereka kuliah di Makassar(wah jadi rindu nih dengan tanah Mandar). Unna nampak cantik dengan pakean pinknya, sedari awal acara sampai selesai dia tidak pernah tenang dalam pangkuan karena semua tamu yang hadir pengen liat Unna, Alhamdulillah Puang nenenya dengan setia menggendongnya menggantikan aku yang masih harus istirahat karena jahitannku. Wah...semua orang dibikin capek sama unna meski acaranya sederhana semua pada teler karena kelelahan. Hari ahad semua keluarga balik termasuk Puang Nenenya Unna. Tante Salsa dan Tante Diva (meski masih kecil salsa and diva sudah jadi tante lo..) dengan berat hati ninggalin ponakannya unna untuk kembali sekolah di Sorowako. Rumah kemabali sunyi hanya ada aku,abi juga unna.
Baca Lanjutan - Nasiqkahannya Unna

09 Mei 2009

Kehidupan Baru Unna

Ini adalah hari pertama kehidupan Yumna anak kami. Setelah di jahit dan dibersihkan, ba'da subuh aku dipindahkan ke kamar perawatan. Di sana sudah ada zauji , zahro dan ka Mila yang sedari tadi menunggu. Dengan susah payah aku dinaikan ke tempat tidur dengan infus yang masih melekat. Sungguh kondisi yang tidak nyaman dengan jahitan yang mengganggu. Kabar kalo aku sudah melahirkan tersiar pada seluruh keluarga. Meskipun sudah melahirkan kontraksi itu masih sering muncul sakit seperti saat mau melahirkan, kata Zahrah itu bagus karena merupakan tanda kalo rahimku mulai mengecil sedikit demi sedikit. Aku terus dirangsang untuk buang air kecil, kata dokter tidak boleh ditahan karena akan menghalangi kontraksi. Semakin teratur kontraksi datang maka akan semakin baik untuk pengembalian rahim ke bentuknya semula. Jadi meskipun dijahit Alhamdulillah aku beranikan diri untuk ke kamar kecil. Pertamanya sih di bantu tapi setelahnya aku bisa sendiri. Luka jahitan yang baru tidak apa-apa kok kena air, tidak akan infeksi yang penting di jaga kebersihannya.

Saat yang kutunggu akhirnya datang. akhirnya bidan datang juga membawa anakku yang sempat diinkubator karena kekurangan oksigen. Kutatap waja mungilnya, warna kulit yang merah dan rambut yang lebat "assalamu'alaikum nak, ini ummi"sapaku pertama kali sambil menggendongnya dengan tubuh yang bersandar. Setelah selesai, Zahrah mengambilnya karena aku harus berbaring kembali. Kulihat Zahro memberi susu formula pada bayi kecilku dengan sendok. Mulutnya yang tipis mungil begitu pintar menyedot tetesan demi tetesan " na' ummi minta maaf, belumpa' bisa kasi'ki susu"ada rasa sedih menyelinap tak bisa memberinya ASI pertamanya.

Tiga hari di RS akahirnya kami pulang juga. Puang nene menyambut kami dengan gembiranya. Meskipun ada yang menemani, perlahan kuurus keperluanku sendiri termasuk mencuci pakaian Unna (sapaan yumna). Pekan pertama semua serasa berbeda dibanding sewaktu hamil. Unna yang tergolong bayi besar selalu minta disusui, sungguh melelahkan dengan kondisi masih lemah harus begadang tiap malam sampai subuh. Punya anak bayi hidup jadi lebih berwarna, rasanya 24 jam tidak cukup bagiku untuk menunaikan tugasku mengurus anak, suami, rumah bahkan mengurus diripun terkadang lupa (he..he...biasa lo lupa mandi maklum ibu baru jadi belum terbiasa sesibuk ini).
Baca Lanjutan - Kehidupan Baru Unna

Berjuang untuk Seorang Yumna

Langkahku gontai, bukan menyalahkan siapa-siapa, tapi sedihku mematahkan hati suami yang tahunya semua baik-baik saja. Langkahku berhenti di depan pintu kamar tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Perlahan kubuka pintu, beliau berdiri di hadapanku menatap penuh tanya ke arahku yang terduduk lunglai. "Ka', besar sekali bede' anakta. Menyerahmi bidan h...h..." tangisku tumpah, beliau hanya bisa terdiam, kutahu ada sedih di sana. Akhirnya bidan itu datang juga menjelaskan semua, tepatnya di depan kamar kami bertiga berusaha cari jalan keluar. Saat itu yang bisa kulakukan hanya diam, mendengar mereka bicara. Tidak tahu rasa sedih seperti apa yang kurasakan. Mungkin hal yang biasa bagi orang tidak bisa melahirkan normal tapi bagiku tidak. Suami pun kelihatannya tetap optimis bahwa segala sesuatu bisa terjadi dengan kehendak Allah. Malam itu kami putuskan untuk operasi cesar seperti saran bidan. Kulihat suami tengah bicara serius dengan umminya melalui HP. Kudengar samar-samar merekapun sangat panik dan akhirnya kami rencana menunggu Zahroh adikku yang kuliah di kebidanan yang insyaAllah datang bersama ponakanku (Ka' Mila). Mendengar kasusku mereka langsung bergegas meski Zahro harus meninggalkan dinasnya di RS Wahidin. Malam itu juga selepas sholat isya, Zahroh dan Ka' Mila membawaku dengan taxi menuju RS Wahidin. Rencananya aku akan di tangani di sana dan kemungkinan di cesar. Alasan kami memilih di sana karena Zahroh dinas di sana, setidaknya privasiku saat melahirkan bisa terjaga. Meskipun aku sendiri kurang sreg karena biasanya yang namanya RS negeri selalu ada dokter-dokter koas-nya yang dengan setia menjadikan pasien siapapun dia entah itu berjilbab or tidak bahkan bercadar sekalipun seperti aku akan dijadikan obyek percobaannya tapi aku tetap nurut aja.

Seperti pemandangan yang sudah lumrah, malam ini RS Wahidin nampak ramai, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Aku dan Ka' Mila menunggu Zahroh yang lagi registrasi. Sambil menahan sakit sesekali mataku menatap jauh ke arah jalan tapi zauji belum datang juga. "Sabar ya de' " ka mila terus menyemangatiku sambil melap keringatku yang bercucuran. Setelah menaiki 2 anak tangga akhirnya kami sampai di ruangan pemeriksaan, sudah kuduga di sana sudah menunggu 5 orang bidan dan beberapa koas laki-laki yang mau tak mau aku harus rela diperiksa. Tak lama kemudian zauji datang dan aku pun mulai tenang. "Tidak mauja melahirkan di sini, biarmi kita bayar mahal di khadijah asalkan hijabku terjaga" Mungkin kasihan melihatku pucat dengan lelehan air mata menahan sakit, akhirnya Zahroh dan Ka Mila membawaku ke RSB Khadijah yang ada di Jl. Veteran. Ku lihat zauji menyusul kami dengan motornya kemudian hilang di tengah ramainya lalu lintas Makassar. "Ka' sakit sekali" rengekanku bercampur air mata membuat zahro dan ka mila semakin gelisah. Perasaanku saat itu luar biasa sakit, kontraksi itu setia semakin tak berjarak lagi datangnya dan tiada memberiku kesempatan untuk sedikit saja mengatur nafasku. Terdengar samar-samar Zahroh menasehatkan agar aku ambil nafas dalam-dalam setiap rasa sakit itu datang. Mungkin kasihan melihatku kesakitan supir taxipun ikut ngebut.

Sekitar pukul 21.00 kami sampai juga. Alhamdulillah hanya aku pasien yang mau bersalin malam itu. Semua bidan-bidan yang kebetulan tugas mengenalku karena di RSB Khadijah tempatku memeriksakan kandunganku tiap bulannya. Aku langsung di baringkan di ruangan bersalin. Zauji, Zahro dan Ka Mila dengan setia menemaniku. Sangat sulit menggambarkan rasa sakit yang tiap menit kurasakan. Kedua tangan suamilah tempatku bertumpu bila rasa sakit itu datang. Aku merasa setengah sadar, rasa ngantuk dan capek semakin memperburuk staminaku. Zahroh setia melap keringat yang menganak sungai dan Ka Mila tiada henti memberiku minum bila kontraksinya berhenti. Akhirnya dokter kandunganku datang dan langsung memeriksaku. Ketika itu zauji, zahroh, dan Ka' Mila diminta sementara keluar ruangan dahulu karena kondisi badan dan bayiku akan dicek oleh dokter. Sepertinya diluar ruangan zauji nampak tegang apakah dokterpun akan memfonis cesar untuk menyelamatkan bayiku.

"Sudah pembukaaan 2 posisi bayinya bagus dan beratnya seitar 3,9 kilo" kata dokter sambil mencatat jumlah denyut jantung bayiku. "Dok, bisaji lahir normal?" tanyaku dengan suara lemah "Iya bu, selalu bisa asal ibujuga berusaha dan besarkan hati, semua normal kontraksinya juga bagus, sekitar subuh semoga sudah lahir" ada senyum di balik wajahku yang lelah, harapan itu kembali datang.

"Tolong berikan ibunya minum yang banyak ya..." pesan terahir dokter sebelum pergi. Zauji, zahroh dan ka' mila terus menyemangatiku.

Sambil terus mencengkram tangan suami menahan sakit, mataku terus saja menatap jam dinding yang menunjuk angka satu. "Ya Allah Ya Robb, berikanlah kemudahanMu." do'aku sambil terus melafaskan Allah dalam tarikan nafasku yang berat. Air mataku berlinang, kini kurasakan beratnya pengorbanan Ua' (ibu) dan A'baku(ayah). "Ka' tidak bisama , sakit sekali tidak bisami kutahan" rengekku pelan. "Sabarki, tahanki tinggal sedikit mami. Ingatki banyak yang sedang menunggu Yumna, bisajaki itu insya Allah." Ahirnya aku terdiam melihat harapan besar suami "Yah aku pasti bisa !". Busss.....perasaanku sedikit kaget, tiba-tiba terasa ada yang meletus seperti balon dalam perutku. Air mengalir dari bawah deras berbau seperti bau bayclin (pemutih pakaian). Awalnya aku kira itu adalah air kencing, tapi kalau aku buang air kecil, kok deras banget ya?. Ketika itu aku yakin insyaAllah ini bukan kencing, tapi air ketuban. "Bu' bidan....pecahki ketubanku" semua yang ada di situ kaget mendengar teriakan kecilku di tengah canda mereka. Segera 2 orang bidan yang lagi merebahkan diri di ruangannya langsung berhambur ke dekatku. Kulihat suami, Zahroh dan Ka Mila tidak kalah paniknya. Samar-samar bidan yang satu memeriksaku "pembukaan delapanmi" katanya, sambil kemudian memeriksa denyut jantung bayiku. "Jam berapa kira-kira lahir bidan" tanya suamiku dengan nada gembira "Tunggu-tunggumi sekitar jam 4 atau 5" kata bidan tersebut sambil membersihkan tangannya. Bidan yang satu kudengar menelpon dokter yang akan menolong persalinanku.

Ada bahagia, meski jujur aku tak tahu seperti apa rasanya sakitnya melahirkan, yang kutahu kalau dokter sudah dihubungi pertanda waktunya sudah dekat. Menanti saat yang diharapkan sungguh menyiksaku, apalagi sakit kontraksi yang kurasa semakin menjadi, sungguh luar biasa sakitnya hingga suara nafasku terdengar bergetar. Peluh terus membasahi seluruh badan sambil terus mencengkram kuat ke dua tangan suami saat sakit kontraksi itu datang. Subhanallah tiba-tiba kurasakan ngantuk yang luar biasa, tanpa menunggu lama mataku terpejam tapi tak lama kemudian tersentak terbangun karena rasa sakit kontraksi yang semakin memuncak. Sampai pukul 02.00 dini hari, rasa sakit itu tak tertahankan sampai aku menjerit, bidan yang melihatku saat itu langsung memeriksaku dan menelpon dokter "Hampirmi pembukaan lengkap, ambilmaki pakaian bayita'". Dengan sigap zahro dan ka mila beranjak meski dengan mata sayu karena ngantuk.

Tidak lama kemudian dokterpun datang, seketika suasana manjadi sibuk. Kulihat peralatan seperti gunting, jarum dan yang lain mulai disiapkan. Dokter memeriksaku dan sekitar pukul 03.00 pembukaan lengkap. Dokter menginstruksikan bila kontraksinya datang supaya aku mengedan. Sudah sekitar 3 kali kontraksi datang tapi kata dokter kepala bayi belum kelihatan. Tenagaku mulai melemah tapi tetap aku harus kuat !. Suami terus memberiku air dan madu di sela kontraksi. Saat kontraksi yang ke 5, tiba-tiba dokter mendekat memeriksa denyut jantung bayiku. Lewat dopler (pendeteksi denyut jantung bayi) kami semua bisa mendengar jantung bayiku makin melambat. Wajah dokter dan para bidan terlihat cemas "Sediakan dua tabung oksigen dan berikan infus untuk menambah lama kontraksi, cepat ....denyut bayinya mulai melemah".

Aku dan keluarga hanya bisa terdiam melihat kesibukan mereka. Ada yang tidak beres! Keyakinanku bertambah saat semua bidan yang tadinya santai-santai di ruangan masing-masing tiba-tiba berhamburan mendekatiku sesuai instruksi dokter. Ada yang memasang infus, memasang selang tabung oksigen ke hidungku. Benar-benar aku kelelahan terasa kepala bayiku susah keluar dari pintu. Seorang bidan menyuruh keluargaku keluar (kecuali zauji), kemudian tiraipun di tutup. Sekarang aku harus berjuang sendiri ditemani 7 bidan dan dokter dan ucapan semangat dari suami. Terasa ada yang di robek di jalan lahirku, dokter ditemani 3 orang bidan sibuk berusaha melebarkan jalan lahir dengan gunting bedah, sekuat tenaga yang tersisa aku terus mengedan tapi kepala bayiku belum keluar juga. Tubuhku lunglai. " Dorong pelan-pelan perutnya, bayinya harus segera keluar jangan sampai jantungnya berhenti berdenyut !" kata dokter. Seketika itu seperti sudah terformasi 2 bidan lain sudah ada di sisi kanan dan kiriku, mereka terus mendorong perutku dan aku terus mengedan. "Ya Allah...rasa sakit itu sungguh luar biasa, seperti ada akar yang tertancap kuat dan dicabut dengan paksa. Jeritanku ahirnya keluar juga yang sedari tadi tertahan.

Suasana sangat tegang, ahirnya zahroh dan ka' mila dibolehkan masuk. Wajah mereka tak kalah paniknya. " terus....berkuat irma....terus sayang dorong bayinya" suara dokter membimbingku. terasa ada benda keras yang terus mendesak untuk keluar. Dokter terus menarik kepala bayiku dan bidan terus mendorong dari atas. Alhamdulillah pukul 03.49 bayiku lahir tapi semua belum berahir. Selang oksigen di cabut, badanku melemah. Kulihat semua orang berlari ke tempat bayiku dibersihkan. Dokter dengan sigap memasukan selang oksigen ke hidung anakku yang membiru. hatiku sakit melihatnya lahir tanpa tangisan "zahroh...kenapai ponakanmu...?" kulihat wajahnyapun terlihat sedih "tidak papaji de'" ka mila mencoba menenangku. Meski tahu apa yang terjadi, aku terus meyakinkan diri kalo semua baik-baik saja. Sekitar pukul 04.00 akhirnya buah hatiku lahir sempurna ke dunia dengan berat 3,9 kilo dan panjang 4,9 senti. ALHAMDULILLAH.
Baca Lanjutan - Berjuang untuk Seorang Yumna